- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 6 years, 8 months ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
-
March 29, 2018 at 8:49 am #8932
Hi farmasetikers!
Apoteker melalui Pendekatan Keluarga diharapkan aktif mendatangi masyarakat sehat. Hal itu dimaksudkan agar apoteker semakin diarahkan untuk melakukan upaya pencegahan, yakni gerakan pencegahan munculnya berbagai penyakit.“Untuk itu saya menyambut baik keterlibatan apoteker dalam program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat). Sebagai Agent of Change,” kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek pada Pertemuan Optimalisasi Peran Apoteker Agent of Change (AOC) di Jakarta, Rabu (28/3) dikutip dari situs sehatnegeriku.
Keberadaan apoteker yang lebih dekat dengan masyarakat, lanjut Nila, merupakan upaya promotif-preventif dalam hal penggunaan obat secara benar. Apoteker pun dapat menjadi mitra yang sinergis di Puskesmas dalam mengoptimalkan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat.
“Saya mengharapkan agar apoteker melakukan praktik kefarmasian yang profesional bertanggungjawab dengan melakukan pelayanan langsung pada pasien atau Pharmaceutical Care. Apoteker juga harus menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu di fasilitas kesehatan tempat praktek,” ucap Nila.
Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2018 telah ditetapkan tiga target capaian kesehatan, yakni eliminasi tuberkulosis (TBC), peningkatan cakupan dan mutu imunisasi, dan penurunan stunting.
Hasil sementara inventory study yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa dari 1.020.000 kasus TBC, 730,000 kasus TBC sudah diobati di fasyankes, namun hanya 36o.565 yang sudah dilaporkan. Dari 360.565 kasus yang dilaporkan, diperkirakan ada 11.000 kasus TBC Resistan Obat dan baru 4.848 kasus yang terlaporkan.
Berarti ada 369,435 kasus yang belum terlaporkan (under reported) dan 290.000 kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi. Penemuan kasus seharusnya 71,6%, tetapi baru 35,4% yang terlaporkan.
Selain itu, pada Program Imunisasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017 dimulai dari Imunisasi Rutin Dasar dan Lanjutan, kemudian Imunisasi Tambahan, Imunisasi Khusus dan Imunisasi Pilihan.
Berdasarkan evaluasi program imunisasi selama 2015-2017, hasil cakupan imunisasi secara nasional terus mengalami peningkatan. Sementara berdasarkan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra), cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2016 dan 2017 telah mencapai target minimal cakupan yang ditetapkan yaitu 91,5% untuk tahun 2016 dan 92% di tahun 2017.
Walaupun secara nasional kita sudah dapat mencapai cakupan yang cukup tinggi masih terdapat disparitas cakupan imunisasi yang cukup signifikan antar daerah.
“Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di beberapa wilayah Indonesia pada akhir tahun2017 dan adanya KLB Campak dan Gizi Buruk di Asmat Papua menunjukkan bahwa banyak hal yang harus kita review dan evaluasi untuk kita perbaiki,” kata Menkes Nila.
Terkait stunting, banyak faktor penyebab, di antaranya ibu yang kurang nutrisi di masa remaja, masa kehamilan, masa menyusui, dan infeksi pada ibu. Faktor lainnya berupa kualitas pangan, yakni rendahnya asupan vitamin dan mineral, buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani, dan faktor lainnya seperti ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya, dan lingkungan.
Pada 2010, WHO membatasi masalah stunting sebesar 20%. Sementara itu berdasarkan Pemantauan Status Gizi 2015-2016, prevalensi Balita stunting di Indonesia hanya ada 2 provinsi yang berada di bawah batasan yang ditetapkan WHO itu.
Keberadaan apoteker dalam hal ini sebagai bagian dari agen perubahan untuk mencapai tiga target itu. Para Apoteker sebagai Agent of Change juga dapat mengoptimalkan perannya yakni Memberikan informasi dan edukasi yang memadai bagi pasien dalam hal penggunaan obat secara benar, pemantauan terapi obat untuk mencapai tujuan pengobatan, terutama pada program eliminasi TB, imunisasi dan pencegahan stunting.
Apoteker juga diharapkan mampu melakukan praktek kefarmasian yang profesional dan bertanggungjawab dalam rangka mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) dengan menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu dan memberikan pelayanan kefarmasian sesuai standar di tempat praktek.
“Saudara-saudara Apoteker yang hadir di sini, sebagai tenaga kesehatan yang berkedudukan mulia dan berbudi luhur, telah mengabdikan diri untuk kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, Saudara-saudara pantas terpilih sebagai Master Agent of Change,” ungkap Menkes Nila.
Sumber : sehatnegriku
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.