Tagged: Apoteker mengajar, muri, rekor muri
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 6 years, 7 months ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
-
May 6, 2018 at 7:34 pm #9217
Hi farmasetikers!
Apoteker di Indonesia kembali mencatat prestasi dengan memecahkan rekor MURI. Inspirasi Rekor Muri lebih dulu lahir dari Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Sumatera Barat dengan “Luar biasa home care”, PD IAI Jawa Barat Di 27 kota Kabupaten serentak Edukasi Obat, dan kini PD IAI Jawa Tengah dengan program Apoteker mengajar.2.995 Apoteker Mengajar Serentak di 625 Sekolah Catat Rekor MURI
SEMARANG – Sebanyak 80.512 pelajar dan 2.995 apoteker dari 35 Kabupaten/kota se Jawa Tengah, terlibat dalam kegiatan penciptaan rekor Edukasi Penggunaan dan Penyalahgunaan Obat secara Serentak kepada Pelajar Terbanyak yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Kegiatan rekor MURI Apoteker Mengajar yang mengusung tema “Peran Apoteker Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Obat” ini merupakan salah satu kegiatan program kerja dari Bidang Pengabdian Masyarakat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) JawaTengah.
Pelepasan balon yang dilakukan PD IAI Jateng bersama perwakilan pelajar mengawali acara pembukaan Apoteker Mengajar yang berlangsung di SMA Negeri 3, Jalan Pemuda, Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/4/2018).
Ketua Panitia Pemecahan Rekor MURI Apoteker Mengajar IAI Jateng, TotokTurdiyanto menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pelajar tentang penggunaan dan penyalahgunaan obat.
“Selama ini kemudahan teknologi informasi memungkinkan anak-anak menyalahgunakan obat, karena minimnya informasi obat yang tidak benar. Sehingga apoteker sebagai tenaga kesehatan diberi kewenangan untuk melakukan pelayanan kefarmasian, tentu tidak bisa tinggal diam serta lepas dari tanggungjawab tersebut,” jelas Totok.
“Dan dalam nine star pharmacist salah satu fungsi dan peran apoteker adalah sebagai teacher, yang tentunya harus diimplementasikan secara langsung kepada masyarakat, termasuk para pelajar,” ujarnya.
Pihaknya menyadari bahwa upaya untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian yang baik tidak hanya sekedar berdasar kemauan saja yang tanpa diikuti langkah-langkah secara nyata.
“Dukungan semua pihak, utamanya pemerintah tentu sangat menentukan. Oleh karena itu, diperlukan adanya persamaan persepsi tentang paradigma baru pelayanan kefarmasian ini dan kerjasama yang baik antara organisasi profesi dengan seluruh stakeholders,” papar Totok.
Sekretaris PD IAI Jateng, Rosyid Sujono menambahkan, apoteker punya kepedulian terhadap keadaan masyarakat, salah satunya adalah bentuk pengabdian untuk memberikan pemahaman terkait penyalahgunaan obat yang menyasar kepada pelajar.
“Mereka adalah generasi muda milik bangsa, alangkah menyedihkan jika mereka terjerat penyalahgunaan obat. Maka, kami melakukan edukasi lewat kegiatan Apoteker Mengajar ini,” kata Rosyid.
Dia mengungkapkan, materi yang diberikan kepada siswa yakni pengenalan apoteker, fungsi dan bahaya penggunaan obat, hingga cara bagaimana menggunakan obat dengan baik dan benar.
Sementara, Kepala Sekolah SMAN 3 Wiharto menyambut baik kegiatan Apoteker Mengajar karena merupakan edukasi yang penting bagi anak didiknya.
“Edukasi penggunaan dan penyalahgunaan obat ini penting sekali. Setidaknya mereka tahu bagaimana cara penggunaan obat yang benar,” ungkap Wiharto. Menurutnya, setelah mendapatkan edukasi tersebut, selanjutnya para siswa punya tugas untuk menyampaikan ke sekitar lingkungan sekolah.
Senior Manager MURI, Widayati menyatakan kegiatan Apoteker Mengajar secara serentak di 625 sekolah yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ini merupakan penciptaan rekor pertama yang ada di Indonesia.
“Kegiatan ini untuk pertama kali dan menciptakan rekor edukasi penggunaan dan penyalahgunaan obat secara serentak kepada pelajar terbanyak,” kata Widayati.
Sumber : sindonews.com -
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.