Tagged: apoteker, kedaluwarsa, Obat, penyimpanan obat
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 8 years, 1 month ago by Nasrul Wathoni.
-
AuthorPosts
-
November 2, 2016 at 3:23 pm #5142
Hi farmasetikers!
Staf Clinical Research Supporting Unit (CRSU) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr J Hudyono MS, SpOk, MFPM, mengatakan bahwa tidak semua obat boleh disimpan di kulkas, penyimpanan obat yang salah bisa merusak fungsi obat.Amankah Simpan Obat di Kulkas?
JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam menggunakan obat-obatan, penyimpanannya juga harus diperhatikan. Pada kemasan obat, biasanya tak hanya ada petunjuk pemakaian, tetapi juga penyimpanan obat.
Staf Clinical Research Supporting Unit (CRSU) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr J Hudyono MS, SpOk, MFPM, mengatakan, penyimpanan obat yang salah bisa merusak fungsi obat. Misalnya, menyimpan sisa obat sirup di dalam kulkas.
“Sudah sembuh obatnya disimpan, tapi ada yang disimpan di kulkas. Itu kesalahan. Di kemasan ada petunjuk disimpan pada suhu tertentu. Kalau di kulkas, di bawah 8 derajat bisa menggumpal,” kata Hudyono dalam Pfizer Press Circle di Jakarta, Senin (31/10/2016).
Begitu pula dengan obat tablet maupun kapsul. Bacalah petunjuk penyimpanan obat. Umumnya, penyimpanan obat tidak di tempat yang lembab, suhu tinggi atau panas, dan tidak pada suhu dingin.
Tidak seperti makanan, penyimpanan obat di kulkas tidak akan memperpanjang usia pemakaian obat. Penyimpanan yang salah justru bisa mengurangi keefektifan obat dalam menyembuhkan penyakit.
“Obat sangat sensitif dengan perubahan suhu, kalau tidak sesuai nanti bisa rusak,” ujar Staf Penilai Obat Jadi BPOM ini.
Penyimpanan obat yang tidak benar ini biasanya juga terjadi pada distribusi obat palsu maupun ilegal. Misalnya, disimpan berlama-lama di dalam bagasi mobil yang membuat obat kepanasan hingga akhirnya rusak.
Sebaiknya, obat memang tidak disimpan terlalu lama karena ada masa kedaluwarsanya. Bahkan untuk antibiotik tidak dianjurkan untuk menyimpan sisanya di rumah. Pemakaian antibiotik harus sesuai resep dokter.
Jika sering menggunakan antibiotik yang disimpan di rumah dan ternyata kualitas obat tersebut sudah menurun, pasien berisiko mengalami resistensi antibiotik.
Sumber : kompas.com
Sepakat dengan pendapat dr J Hudyono, diperjelas dari sudut pandang seorang apoteker, dalam pengujian kadaluawarsa obat ada yang namanya uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas pada waktu sebenarnya.
Pengujian stabilitas ini tidak sembarangan, ada panduan secara internasional mengenai tata cara pengujiannya, seperti ICH Guideline, yang di uji diantaranya adalah stabilitas kimia (reaksi degradasi), photostability pada penyimpanan suhu dan kelembaban tertentu, termasuk uji mikrobiologi pula. Selengkapnya bisa melihat video berikut ini
[youtube]https://www.youtube.com/watch?v=jhOyYEaF_uU[/youtube]
Hasilnya tercantum dalam labeling obat, oleh karenanya perhatikan petunjuk masing-masing obatnya, karena para apoteker ahli pembuat obat di industri farmasi telah mengujinya secara detil sehingga terjamin keamanan obatnya.
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.