Tagged: apoteker, RS, RSUD Bekasi
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 8 years, 2 months ago by zahran.
-
AuthorPosts
-
October 11, 2016 at 7:05 pm #4731
Hi farmasetikers!
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi sedang dilanda krisis kekosongan obat, pasalnya pihak rumah sakit memiliki utang miliaran rupiah. Untungnya kelangkaan obat ini dibantu pengadaannya ke Apoteker Koperasi RSUD Kota Bekasi.
Pic : Tribunnews.comRSUD Kota Bekasi Kirisis Obat Karena Harus Tanggung Utang
WARTA KOTA, BEKASI – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi menyatakan, stok obat khusus penyakit dalam di rumah sakit setempat kembali kosong pada Senin (10/10). Akibatnya, banyak pasien di rumah sakit pelat merah tersebut beranjak ke rumah sakit lain.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama RSUD Kota Bekasi, Cucu Syamsudin mengatakan, kekosongan obat itu baru terjadi hari ini. Penyebabnya karena pihak rumah sakit kelilit utang miliaran rupiah. “Utangnya cukup besar, sehingga kami masih mengecek faktur dan kwitansi,” kata Cucu di RSUD Kota Bekasi pada Senin (10/10).
Meski terlilit utang, namun Cucu menyatakan RSUD akan segera membayarnya. Sebab sejak Senin (10/10), pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sudah membayarkan dana klaim pasien yang sempat tertunda dibayar senilai Rp 8 miliar dibayar. “Dana itu untuk membayar utang rumah sakit ke pihak distributor obat,” katanya.
Cucu menjelaskan, utang ini juga dipicu karena adanya kesalahan sistem pembayaran obat tiap tahun. Selain itu, melonjaknya permintaan obat dari perkiraan pihak rumah sakit, sehingga ada beberapa jenis obat yang tidak tercover pembelian selanjutnya. “Saat itu ada kesalahan dalam menghitung pembelian obat, makanya stok jadi kosong,” ujar Cucu.
Wakil Direktur Pelayanan Umum RSUD Kota Bekasi Tri Sulistyaningsih mengaku, ada kesalahan dalam kalkulasi alokasi anggaran belanja obat. Akibatnya, pasokan obat di poli klinik penyakit dalam terganggu. “Keperluan obat untuk pasien penyakit dalam akhirnya kosong,” jelasnya.
Wanita yang akrab disapa Sulis mengatakan, alokasi belanja obatyang disiapkan pihaknya setiap bulan mencapai Rp5 miliar. Namun ternyata dana tersebut membengkak pada Oktober 2016 akibat banyaknya pasien yang berobat.
RSUD mengklaim, tingkat kunjungan pasien per hari mecapai 800 hingga 900 pasien per hari. Dan sebanyak 100 pengunjung di antaranya merupakan pasien poli penyakit dalam yang membutuhkan pasokan obat-obatan seperti cairan infus, obatpenyakit jantung dan obat bius. “Kebutuhan obat sekarang sedang kosong akibat masalah teknis antara RSUD dengan vendor atau penyedia obat,” ujarnya.
Kendala teknis yang dimaksud, kata Sulis, terkait keterlambatan pembayaran belanja obat serta stok obat-obatan yang sedang kosong di sejumlah vendor tersebut. “Total vendor yang bekerja sama dengan RSUD Kota Bekasi saat ini ada 47, beberapa di antaranya mengalami kekosongan stok obat,” ungkap Sulis.
Meski begitu, kata dia, pihaknya telah mengantisipasi kelangkaanobat ini dengan mengalihkan pengadaannya ke Apoteker Koperasi RSUD Kota Bekasi. Dengan begitu, kata Sulis, poli penyakit dalam sudah bisa berjalan, hanya saja untuk hargaobatnya mengalami kenaikan 10 persen. “Yah terpaksa ada kenaikan harga, karena membeli dari koperasi bukan dari vendorobat,” jelasnya.
Robesk (50), warga Rawalumbu, Kota Bekasi mengeluhkan adanya kekosongan obat tersebut. Soalnya penanganan terhadap sang istri, Pardede (49) yang menderita sakit paru-paru menjadi terlambat. “Istri saya masih dirawat di ruang isolasi karena penyakit paru. Penanganan obat sempat terlambat beberapa jam,” kata Robesk.
Robesk pun berharap agar, persoalan kosongnya stok obat di rumah sakit tersebut bisa diatasi dengan baik. Sebab keberadaanobat sangat menunjang untuk kesembuhan pasien dari penyakitnya.
Sumber : tribunnews.com
- This topic was modified 4 years, 8 months ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.