- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 7 years, 7 months ago by zahran.
-
AuthorPosts
-
February 10, 2017 at 3:31 pm #6287
Hi farmasetikers!
Informasi HOAX atau kabar tidak sesuai fakta bukan hanya terjadi di bidang Politik, tetapi juga ternyata sempat menghebohkan Indonesia dengan 5 berita yang tidak jelas kebenarannya di bidang kesehatan yang bersumber dari media sosial (medsos).1. Bocah SD diculik dan diambil ginjalnya
Di bulan November lalu, beredar kabar seorang bocah di Depok hilang. Setelah 3 hari, si anak muncul dengan keadaan sakit dan ada bekas luka jahitan. Kemudian, diketahui satu ginjal si anak tidak ada. Bahkan, info ini disebutkan bersumber dari Polres Depok.
Kapolres Depok Kombes Harry Kurniawan menegaskan kabar tersebut tidak benar. Menurutnya tidak pernah ada kejadian ataupun laporan anak hilang dan diambil ginjalnya di daerah Depok.
“Itu hoax, tidak benar itu dan tidak pernah ada kejadiannya. Masyarakat tidak usah resah dengan informasi itu karena itu tidak benar,” ujar Harry.
Serupa, dikabarkan pula seorang anak di Pasar Minggu bernama Farhan juga diculik dan organnya diambil. Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Eko Hadi Santoso membenarkan informasi hilangnya Farhan ini. Namun, berita soal organ tubuhnya yang diambil tidak benar alis hoax.
“Memang sebelumnya anak ini dilaporkan hilang, tetapi sudah pulang ke rumahnya, karena dibawa oleh bapak kandungnya sendiri,” ujar Eko.
Eko membantah informasi bahwa Farhan ditemukan dalam kondisi organ dalamnya yang hilang. “Tidak benar, itu hoax. Anaknya ditemukan dalam kondisi baik dan sehat,” imbuh Eko.
Sumber : detik.com
2. ASI jadi kemerahan karena ibu konsumsi saus tomat
Pernah beredar foto di jejaring sosial Facebook berupa Air Susu Ibu (ASI) perah yang warnanya berubah agak kemerahan. Disebutkan, perubahan warna tersebut berkaitan dengan konsumsi saus tomat yang berlebihan.
Terkait hal ini, dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo mengatakan warna ASI memang bisa sedikit terpengaruh dari apa yang ibu makan, tapi hanya sedikit. Misalnya saja ASI bersemu kehijauan warnanya jika ibu mengkonsumsi banyak sekali klorofil yang terkandung pada sayuran hijau.
“Ingat ya, harus banyak banget makannya. Atau makan banyak banget makanan yang mengandung beta karoten seperti wortel atau pepaya, ASI bisa bersemu keoranyean. Kalau saus tomat sih nggak ya,” tegas dr Meta saat berbincang dengan detikHealth.
Ia menambahkan, pewarna pada makanan bisa keluar melalui ASI tapi jumlahnya amat sedikit dan makanan tersebut harus dikonsumsi ibu dalam jumlah banyak. Misalnya saja klorofil atau beta karoten itu tadi. Namun pada umumnya, menurut dr Meta makanan dengan pewarna biasanya akan dicerna di usus halus sehingga tidak bisa keluar di ASI.Nah, ASI berwarna kemerahan bisa terjadi karena pengendapan keping darah. Keping darah bisa terjadi akibat puting luka atau retak, adanya milk blister pada puting, atau pembengkakan jaringan vaskular payudara (Rusty Pipe Synd) akibat perkembangan sel asinus payudara untuk menghasilkan ASI. Demikian disampaikan konselor Laktasi di SELASI, dr Sylvia Haryeny, IBCLC.
“Keping darah juga bisa muncul akibat cedera pembuluh kapiler payudara yang biasanya disebabkan proses pemerahan ASI dan adanya intraductal papilloma, sejenis tumor pada payudara,” tutur dr Sylvi.
Sumber : detik.com
3. Vaksinasi HPV bikin anak menopause dini
Pada November lalu, beredar kabar di dunia maya yang menyebut vaksinasi HPV yang diberi pada anak SD bisa menyebabkan menopause dini. Kementerian Kesehatan pun membantah hal tersebut.
“Ini nggak ada bukti, di seluruh dunia nggak ada buktinya. Ini bisa disebut menghasut lho. Data negara-negara yang sudah memakai vaksin ini selama 14 tahun, dikumpulkan nggak ada bukti (vaksin HPV sebabkan menopause dini). Kok di Indonesia ada isu itu? Ngarang dari mana? Harusnya ada buktinya dulu. Nggak ada itu,” kata Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Dirjen P2P Kemenkes RI, dr Elisabeth Jane Soepardi, MPH, DSc.
Ditambahkan dr Jane, menurut data klinis, pemberian vaksin HPV paling efektif di usia 9-13 tahun. Selain itu, di kelas 5 dan 6 SD merupakan ‘waktu kosong’ anak-anak mendapatkan imunisasi. Sehingga, jika vaksin diberikan pada mereka yang berusia di atas 13 tahun, keefektivitasannya berkurang.
Sementara, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan pemberian vaksinasi HPV pada anak usia sekolah dasar dan menengah sudah lazim dilakukan. Amerika Serikat melakukannya sejak tahun 2006 dan Malaysia sejak tahun 2010.
“Dari tahun 2006 sudah ada 90 juta dosis vaksin yang diberikan pada anak dan remaja di Amerika Serikat. Namun yang melaporkan terjadinya kasus menopause dini itu hanya 10 orang. Setelah diteliti lebih dalam, tidak ditemukan adanya kaitan antara menopause dini yang dialami 10 orang tersebut dengan vaksin HPV yang diberikan,” ungkap dr Piprim.
“Kalau pakai hitung-hitungan saja, misalkan benar dapat menyebabkan menopause dini pasti jumlah yang melaporkan bisa sampai jutaan ini. Ini hanya 10. 90 Juta dengan 10 itu kan sangat jauh,” tegasnya.
Sumber : detik.com
4. Foto bayi usia 1 bulan meninggal karena diberi makan pisang
Sempat beredar foto bayi sedang dirawat di dalam tabung dengan selang melilit tubuhnya. Dalam foto, terdapat pesan sebagai berikut:
Bunda-bunda kalau bayi umur 1 bulan tolong jangan ada yang dikasih makan apapun yah bun. Bayiku meninggal bun, umur 1 bulan setelah dikasih makan pisang campur nasi karena mengikuti saran ibuku. Jadi sedih banget bun, belum lama gendong bayi udah diambil lagi sama Allah bun.
Setelah ditelusuri, foto bayi tersebut merupakan foto bayi Ka’Leah Noel, yang kisahnya dimuat media Inggris, Daily Mail, pada tanggal 27 Juni 2014. Ka’Leah diketahui meninggal karena dokter salah memasukkan selang tabung inkubasi ke dalam jantung bayi hingga menyebabkan bayi itu terkena serangan jantung.
Soal pemberian makan sebelum anak berumur 6 bulan, menurut dr Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya ada kondisi paling gawat yang bisa terjadi yaitu invaginasi atau intususepsi. Kondisi ini di mana suatu segmen usus masuk ke dalam bagian usus lainnya sehingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius.
“Bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Walau penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun hipotesa yang paling kuat karena pemberian MPASI yang terlalu cepat,” tutur dr Meta.
Sementara, Bidan Rahmi, Finalis Srikandi Award 2012 untuk kategori MDGs 4 mengatakan bahaya memberi pisang pada bayi sangat banyak dan bisa menimbulkan kematian karena bisa menyebabkan usus terlipat, sembelit, diare. Bayi juga belum mampu mencerna atau merespons makanan padat, sehingga bisa tersedak dan menimbulkan penyumbatan pada jalan napas.
“Usus terlipat karena usus bayi belum sanggup mencerna makanan padat sehingga bahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Idealnya makanan padat seperti pisang baru boleh diberikan setelah ASI eksklusif selesai, sekitar usia 6 atau 7 bulan, sambil ASI terus diberikan sampai umur 2 tahun,” jelas Rahmi.
Soal foto si bayi, sudah jelas itu hoax karena itu adalah foto bayi lain yang meninggal karena serangan jantung. Namun, untuk cerita bayi yang meninggal karena diberi makan pisang masih belum jelas kebenarannya.
Sumber : detik.com
5. Permen jari bikin anak kecanduan dan tidur 2 hari
Pesan berantai soal efek berbahaya permen jari beredar di media sosial pada bulan Oktober lalu. Disebutkan dalam pesan tersebut, permen jari bisa membuat anak-anak yang mengkonsumsinya kecanduan dan tidur selama dua hari. Selain di Tangerang dan Depok, pesan yang hampir sama juga beredar di Ponorogo, Jawa Timur.
Kepala Puskesmas Kauman Sumoroto, Ponorogo, dr Yunita melakukan konfirmasi baik ke pihak sekolah atau kepolisian, tapi kabar tersebut tidak benar. Senada dengan dr Yunita, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, drg Rahayu Kusdarini, M.Kes, juga melakukan konfirmasi ke pihak kepolisian dan sekolah tetapi kabar tersebut tidak terbukti.
Soal permen jari ini, Badan narkotika nasional (BNN) telah menyatakan bahwa hasil uji laboratorium permen tersebut negatif narkoba. BPOM pun mengeluarkan pernyataan resmi seperti sebelumnya dan senada dengan BNN bahwa permen jari aman dan sangat layak dikonsumsi.
“Dari hasil pengujian atau pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Balai Uji Laboratorium Narkoba BNN didapatkan hasil bahwa tidak ditemukan kandungan narkotika pada permen jari,” kata Kabid Humas BNN Kombes Slamet Pribadi.
Sumber : detik.com
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.