Hi farmasetikers!
Seorang konsumen apotek asal Banjarbaru Utara, bernama Maria (39) merasa heran. Pada label vitamin Folamil Genio yang disodorkan petugas apotek di sebuah tempat praktik dokter di Banjarbaru tertera tulisan HET (harga eceran tertinggi) Rp 154.000. Namun oleh petugas tersebut dia diminta membayar Rp 160 ribu lebih.
Sudah Ada HET, Harga Obat Membingungkan
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU – Maria (39), warga Banjarbaru Utara, merasa heran. Pada label vitamin Folamil Genio yang disodorkan petugas apotek di sebuah tempat praktik dokter di Banjarbaru tertera tulisan HET (harga eceran tertinggi) Rp 154.000. Namun oleh petugas tersebut dia diminta membayar Rp 160 ribu lebih.
Padahal setahu Maria yang tengah hamil lima bulan ini, harga obat yang sampai ke tangan pembeli tidak boleh melebihi HET. Kendati lebih mahal, Maria tetap membelinya.
Berdasarkan pengalaman itu, saat mendapat resep yang sama dari dokter kandungannya, Maria menebusnya ke apotek lain. Ternyata harga vitamin tersebut jauh lebih murah yakni Rp 140 ribu.
“Bingung juga saya, kok harganya bisa berbeda jauh,” ujarnya.
Pengalaman serupa dialami oleh Yudha (31), karyawan sebuah perusahaan di Banjarmasin. Dalam sebuah perbincangan dengan BPost, dia mengaku suatu malam, beberapa hari lalu, menderita sakit gigi. Rasanya tak karuan. Merasa tak tahan lagi, Yudha mencari obat penahan sakit.
Oleh karena sudah pukul 02.00 Wita, tempat penjual obat yang didapat hanya Apotek Kimia Farma. Di apotek badan usaha milik negara ini, Yudha disarankan meminum obat penghilang rasa sakit, Cataflam, yang katanya lebih ampuh dari Ponstan. Harga satu kepingnya Rp 8.000.
Selang satu minggu, obat tersebut habis. Oleh karena masih sakit, Yudha kembali membeli di apotek lain. Ternyata harganya Rp 4.000 sebutir. Ini tentu saja mengherankan Yudha.
Sumber : banjarmasin.tribunnews.com