- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 8 years, 3 months ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
-
July 20, 2016 at 4:01 pm #3074
Hi farmasetikers!
Profesi Apoteker kini menjadi salah satu profesi kesehatan yang banyak diimpikan oleh para lulusan SMA saat ini. Tidak terkecuali bagi Mutmainnah, gadis kelahiran 9 November 1997 ini kini resmi menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) walau ayahnya adalah seorang supir angkot. Sebuah kisah inspiratif dari situs resmi UGM patut disimak dibawah ini.Mutmainnah, Anak Sopir Angkot Mewujudkan Mimpi Menjadi Calon Apoteker di UGM
Mimpi menjadi seorang Apoteker semakin dekat dari genggaman Mutmainnah. Gadis kelahiran 9 November 1997 ini kini resmi menjadi mahasiswa Fakultas Farmasi UGM.
Meski seorang anak supir angkot, Mutmainnah tetap semangat mengejar mimpinya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dengan rekam jejak akademis yang baik menghantarkan Iin, begitu dia biasa disapa, diterima sebagai mahasiswa baru di Fakultas Farmasi UGM lewat jalur Bidikmisi. Berbekal beasiswa Bidikmisi itu, selama kuliah Iin dibebaskan dari biaya pendidikan hingga usai.
Mutmainnah merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mawardi (65) dan Mahinun (45). Warga Kampung Baru, Desa Masbagik Utara, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat ini berasal dari keluarga dengan keterbatasan finansial.
Mawardi menjadi tulang punggung keluarga yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkot panggilan dengan penghasilan tidak lebih dari Rp50 ribu setiap harinya. Hasil tersebut sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan tiga anak yang semua tengah menempuh pendidikan. Untuk menjaga agar dapur tetap mengepul, Mawardi bekerja sampingan menjadi tukang parkir.
Mawardi mengaku senang, puteri sulungnya itu bisa diterima kuliah di UGM. Bermimpi kuliah, apalagi di UGM telah menjadi impian puterinya sejak kecil.
“Alhamdulilah, saya hanya bisa berucap syukur. Keinginan anak ingin kuliah akhirnya bisa terwujud,” kata Mawardi saat ditemui di rumahnya baru-baru ini.
Kebahagiaan atas pencapaian puterinya itu tak kuasa ia tahan. Bahkan, ia seperti menjadi seperti orang kurang waras. Pasalnya, setiap bertemu dengan tetangga atau siapapun yang ditemuinya ia tidak berhenti menceritakan kalau puterinya berhasil diterima kuliah di universitas ternama Indonesia yaitu UGM.
“Akhirnya jadi banyak yang tidak memandang kami sebelah mata lagi, anak seorang sopir angkot bisa diterima kuliah di UGM. Roda kehidupan terus berjalan, ada di bawah dan ada saatnya berputar ke atas,” paparnya sembari menitikkan air mata penuh haru.
Tidak sedikit yang mengulurkan bantuan padanya mulai dari kerabat, tetangga, dan juga teman-temannya untuk mendukung kelancaran puterinya berangkat ke Yogyakarta untuk mengurus berkas-berkas kelengkapan masuk UGM. Bahkan, Wakil Bupati Lombok Timur pun turut memberikan bantuan.
Meskipun dari keluarga yang penuh keterbatasan, Mawardi berkeinginan semua anak-anaknya bisa memperoleh pendidikan layak hingga ke perguruan tinggi. Ia akan berupaya sekuat tenaga demi untuk mewujudkan hal itu. Beruntung, anak-anaknya tekun dan giat belajar sehingga berpretasi.
“Saya ingin anak-anak berilmu, jangan seperti saya nasibnya. Harapannya bisa lebih baik hidupnya dan menjadi orang sukses bisa membantu adik-adiknya dan membanggakan orang tua,” harapnya.
Tidak banyak yang dia pesan pada puteri satu-satunya itu. Mawardi selalu menegaskan agar Iin rajin beribadah dan selalu menebar kebaikan dimanapun berada.
“Setiap kita menebarkan kebaikan, pasti akan mendapatkan kebaikan pula. Itu yang selalu saya tanamkan pada Iin,” ujarnya.Iin mengaku tidak pernah terbayang bisa kuliah di UGM. Mafhum dengan kondisi keluarga yang serba kekurangan, dia tidak pernah memaksakan keinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Namun, keadaan itu tidak mematahkan asanya dalam menggapai mimpi untuk bisa kuliah. Tekad, kemauan, dan usaha kerasnya dalam belajar pun membuahkan hasil. Buktinya sejak SD hingga SMA posisi 3 besar tidak pernah lepas dari genggamannya. Tidak hanya itu, saat SMA dia pun sempat menjadi wakil sekolah dalam Olimpiade Kimia dan Olimpiade Biologi di tingkat kabupaten.
“Sangat senang sekali bisa diterima kuliah di UGM. Semua tidak lepas dari doa dan dukungan orang tua,” terang alumnus SMA 1 Masbagik ini.
Dengan masuk Fakultas Farmasi UGM, impiannya menjadi apoteker kian nyata. Ia berharap dengan menjadi apoteker nantinya bisa membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Pasalnya, di daerahnya masih sangat minim tenaga di bidang kesehatan maupun kefarmasian.
“ Selepas lulus ingin balik ke kampung, mengabdi di sini,” jelasnya. (Humas UGM/Ika)
sumber : ugm.ac.id
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.