Tagged: obat kedaluwarsa
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 5 years, 3 months ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
-
September 9, 2019 at 7:27 pm #17566
Hi farmasetikers!
Sebelumnya telah terjadi kasus menghebohkan terkait pemberian obat kedaluwarsa di Puskesmas Kemal Muara, Jakarta Utara. Pada tanggal 9 September 2019, Dokter di salah satu Puskesmas di Depok menyadari telah menyuntikan obat injeksi streptomisin yang telah kadaluarsa.Puskesmas di Depok Diduga Beri Obat Kedaluwarsa ke Pasien
TEMPO.CO, Depok – Nur Istiqomah (50), warga Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Depok, diduga menerima obat kedaluwarsa dari puskesmas tempatnya berobat setiap hari. Isti adalah pasien pengidap sakit paru-paru. Setiap harinya ia harus mendapat suntikan obat tanpa berhenti.
Kepada Tempo, Isti bercerita telah mendapat obat yang telah habis masa berlakunya sejak Juli 2019. Yang bisa dipastikannya, obat itu telah disuntikkan ke tubuhnya pada Sabtu 7 September 2019. “Ketahuan pas dokter di satu klinik tempat saya berobat bilang obatnya tidak bisa tercampur,” kata Isti, Senin 9 September 2019.
Isti menerangkan kalau ia selalu berobat ke Puskesmas Villa Pertiwi yang lokasinya tak jauh dari komplek perumahannya. Dari puskesmas itu pula dia menerima obat. “Di puskesmas kan buka Senin sampai Jumat, jadi untuk Sabtu dan Minggu saya hanya dikasih obat dan disuntikkan di luar,” kata dia.
Itu pula yang dilakukannya pada Sabtu dan Minggu 7-8 September. Isti membawa obat dari puskesmas itu dan disuntikkan di klinik 24 jam tak jauh dari rumahnya.
“Sabtu sempet disuntik, nah pas minggu dokter di klinik itu ganti, dan bilang kalau obatnya nggak bisa tercampur karena sudah kadaluwarsa,” kata Isti.
Mulai dari situ Isti cemas, pasalnya dokter di klinik tersebut telah menyuntikkan obat kadaluwarsa itu ke tubuhnya. “Alhamdulillah tidak ada efek apa-apa sih, tapi saya jadi cemas,” kata Isti.
Isti menghitung, sudah 33 kali dirinya menjalani disuntik dari botol obat yang sama. Diketahui pada labelnya tertera nama Streptomycin Sulfate produksi PT. Meiji Indonesia.
Kepala UPF Puskesmas Villa Pertiwi, Toni Hermawan, tak bisa ditemui di tempat saat Tempo hendak mencari penjelasan perihal obat tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita, juga mengatakan, masih menunggu koordinasi tim lapangan yang hendal mengecek langsung terkait dugaan obat kedaluwarsa itu.
“Tim dinkes udah kesitu, tapi saya belum dapat laporan, kalau terbukti akan diberikan sanksi,” kata Nova.
Sumber : tempo.co
Diduga Puskesmas Villa Pertiwi Beri Obat Suntik Rutin KADALUARSA Kepada Penderita Paru-paru
Pasien penderita paru-paru menuntut pertanggungjawaban setelah 2(dua) minggu kondisi kesehatan memburuk diduga disuntik dengan obat yang sudah kadaluarsa.
Salah seorang warga Perumahan Villa Pertiwi Blok R1 No. 1 bernama Nur Istiqomah di diaknosa menderita sakit flek paru paru dan di haruskan menjalani pengobatan rutin dan suntik setiap hari selama dua bulan tanpa jeda.
Tiba tiba dua minggu belakangan ini kondisi semakin menurun padahal sudah lebih dari tiga puluh kali melaksanakan suntik rutin.
Padahal Nur Istiqomah telah menjalankan anjuran wajib di suntik setiap hari dari hari senin hingga hari minggu.
Puskesmas Sukamaju Villa Pertiwi tempat Nur Istiqomah menjalankan suntik rutin di hari senin hingga hari jum’at, oleh Bidan YN pegawai medis Puskesmas.
Karena di hari sabtu dan minggu puskesmas tutup, maka untuk hari sabtu minggu Bidan YN hanya memberikan obat agar di hari sabtu minggu melakukan suntikan lanjutan dengan di bantu oleh dokter klinik 24 jam.
Dan Nur Istiqomah selalu melakukan suntikan di klinik 24 jam Naterman Jln Raya Bogor.
Betapa terkejutnya Nur Istiqomah ketika dokter praktek di klinik 24 jam mengatakan bahwa dirinya telah menerima obat yang sudah kadaluwarsa.Dokterpun memberitahu bahwa obat tersebut sudah tidak layak konsumsi oleh tubuh.
“Saya tadinya tidak curiga kalau obat yang di suntikan selama ini sudah kedarluwarsa, dan baru tahu ketika minggu 8-9-2019 dokter menyatakan angkat tangan tidak berani menyuntikkan obat yang di berikan pihak Puskesmas Sukamaju Villa Pertiwi, karena obat tersebut sudah tidak layak untuk di konsumsi.“ Berarti kemaren saya di suntik dengan obat kedarluwarsa juga dong dok, kemudian Dokter Rahma yang bertugas di klinik 24 jam berinisiatif mencari botol bekas obat yang di suntikkan sabtu sehari sebelumnya di tong sampah dan teryata benar saja bahwa obat yang di suntikkan di hari sabtu sehari sebelumnya memang sudah kedarluawarsa,” jelasnya.
Akhirnya Nur Istiqomah coba menjelaskan bahwa setelah mendapatkan suntikan, dua minggu belakangan ini banyak hal yang di rasakan yaitu kepala pusing serasa berputar terus menerus, badan lemas sempoyongan, berkeringat terus, perut mual, dan gatal gatal di seluruh badan.
“Dua minggu kondisi bukan membaik justru malah memburuk bahkan mata selalu berkunang kunang saat saya lihat orang di sekeliling,” ucapnya.
“Di sini saya ingin meminta keadilan karena saya anggap mereka sembrono dalam pelayanan serta lalai telah memberikan obat kedaluawarsa dan saya telah menjadi korban, karena hingga saat ini sudah 33 kali suntikan masuk pada tubuh saya, dan tidak tahu sudah berapa obat kedaluawarsa yang masuk dalam tubuh saya” tuturnya.
Sumber : buser-bhayangkara74.com
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.