Tagged: dokter terawan, dr terawan, jokowi, menkes
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 5 years ago by farmasetika.com.
-
AuthorPosts
-
October 22, 2019 at 9:44 pm #18312
Hi farmasetikers!
Menteri Kesehatan RI pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) jilid 2 telah diketahui. Beliau adalah dr Terawan, Kepala RSPAD Gatot Subroto. lalu siapakah dr Terawan? yuk simak sekilas profil dan biodatanya.[caption id="" align="alignnone" width="780"] Kepala RSPAD dr Terawan setelah bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana, Jakarta. (Andhika/detikcom)[/caption]
dr Terawan Ditunjuk Jokowi Jadi Menkes
Jakarta – Kepala RSPAD dr Terawan dipastikan menjadi Menteri Kesehatan (Menkes). Terawan membenarkan jabatan itu setelah dipanggil Presiden Joko Widodo.
“Ya benar (jadi Menkes),” ujar Terawan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019).
Masalah kesehatan dibahas Terawan dengan Jokowi. Misalnya masalah BPJS.
“Soal BPJS, soal stunting,” kata Terawan.
Terawan saat ini masih berstatus Mayjen TNI. Ia akan mundur setelah dilantik besok.
“Ya harus mundur. Begitu dilantik harus mundur,” sebutnya.
(dkp/idh)Sumber : detik.com
Dokter Terawan, Menteri Kesehatan Pria Setelah Empat Periode
[caption id="" align="alignnone" width="640"] Dokter Terawan mendatangi Istana bertemu Jokowi (Foto: Titin Supriatin/Merdeka.com)[/caption]
Liputan6.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Dokter Terawan Agus Putranto sebagai menteri kesehatan periode 2019-2024.
“Saya mendapat amanah baru, tugas baru,” kata Terawan di Istana Merdeka pada Selasa, 22 Oktober 2019 sekitar pukul 20.10 WIB
Itu berarti, Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad(K) menjadi menteri kesehatan pria setelah empat periode diisi wanita.
Sebelum Dokter Terawan , empat orang wanita yang mengemban tugas sebagai menteri kesehatan adalah;
1. Dr dr Siti Fadila Supari SpJP (K) periode 2004-2009
2. DrPH dr Endang Rahayu Sedyaningsih, periode 2009-2012
3. dr Nafsiah Mboi SpA MPH periode 2012-2014
4. Prof Dr dr Nila Djuwita Anfasa Moeloek SpM(K) periode 2014-2015
Selama ini, pria 55 tahun yang lahir di Yogyakarta pada 5 Agustus 1964 menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta.
Dan, masyarakat mengenal dokter Terawan sebagai sang pemilik prosedur cuci otak guna mengatasi stroke.
Dokter Terawan Mundur dari Jabatannya
Kepada awak media, pria berkacamata ini mengatakan bahwa dirinya akan mundur dari posisinya sekarang begitu dilantik.
“Harus mundur. Saya pensiun,” ujarnya.
Menurut Terawan, pertemuannya selama beberapa jam bersama Jokowi membahas soal BPJS Kesehatan hingga masalah stunting.
Terawan, mengatakan, Jokowi berharap masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik dan bisa membahagiakan semuanya.
sumber : liputan6.com
Sekilas Profil Ahli Cuci Otak Dokter Terawan Agus Putranto
[caption id="" align="alignnone" width="640"] Brain Wash ala dr. Terawan[/caption]
Liputan6.com, Jakarta Figur dokter yang sekaligus seorang tentara berpangkat Letkol CKM (Corps Kesehatan Militer) ini menyelesaikan pendidikan kedokteran spesialisnya di Departemen Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga, Surabaya, setelah menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sosok penggemar makanan lontong balap dan tahu campur ini memang memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter dari masa kecilnya. Gayung bersambut dirinya mendapatkan beasiswa sehingga berkesempatan melakukan pencapaian cita-cita pengabdiannya kepada dunia kedokteran.
Yang melatarbelakangi dirinya untuk mengambil spesialisasi radiologi pada saat itu karena untuk tujuan mengembangkan ranah radiologi intervensi yang kebetulan pada saat itu belum berkembang. Radiologi intervensi adalah bidang kedokteran yang menggunakan alat pencitraan (imaging) guna memasukkan alat ke tubuh pasien melalui lubang alamiah maupun buatan untuk penanganan kasus pembuluh darah, syaraf dan tumor maupun lainnya.
Dokter murah senyum kelahiran kota Yogyakarta ini mengklaim pada saat ini radiologi intervensi di Indonesia lebih hebat dari Eropa, apalagi dibandingkan dengan Singapura yang masih dalam tahap berkembang.
Pro dan Kontra
Hal ihwal dirinya tertarik lebih jauh mendalami radiologi intervensi adalah ketika pada tahun 2001, Ketika dirinya mendapati pasien wanita dengan kasus kanker di leher dan kepala yang ia tangani berangsur membaik. Bahkan belakangan diketahui satu bulan kemudian setelah penanganan pasien wanita tersebut hamil.
Dokter yang sempat ditugaskan di Bali dan Lombok pasca kelulusan pendidikan kedokterannya di tahun 1990 ini selain bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto juga berpraktik di Rumah Sakit Gading Pluit. Kini tidak sedikit ia diundang untuk mengisi simposium maupun untuk melakukan tindakan intervensi di dalam ataupun di luar negeri.
Meskipun demikian, dokter yang hobinya menyanyi kala melakukan tindakan penanganan pada pasien ini beberapa bulan lalu sempat muncul di beberapa media dengan figur yang diperkenalkan sebagai dokter ‘penyembuh stroke’ melalui terapi cuci otaknya (brain washing). Tak ayal muncul pro dan kontra, baik dari ranah medis maupun non-medis.
Dalam kesempatan pertemuan dengan Klikdokter.com beberapa waktu lalu di RSPAD Gatot Soebroto, dokter Terawan memperlihatkan gambar yang ditunjukkan di layar komputer ditunjukkan gambar sebelum dan sudah ‘cuci otak’.
“Semua yang ada disini (fasilitas) adalah milik rakyat. Saya asalnya dari rakyat. Berjuang ya untuk rakyat. Dan yang ingin saya persembahkan ya untuk rakyat. Diluar konteks pro dan kontra itu biasa. Tapi memang perkembangan ilmu pengetahuan akan memunculkan pro dan kontra. Dan itu menarik, karena membuat saya semakin mempertanggungjawabkan setiap keilmuan saya,” ujar dokter Terawan kepada Klikdokter.com.
Sumber : liputan6.com
Sosok dr Terawan dan Terapi Kontroversial ‘Cuci Otak’ yang Dipopulerkannya
[caption id="" align="alignnone" width="700"] dr Terawan. Foto: Faiq Hidayat/detikcom[/caption]
Jakarta – Salah satu tokoh yang dipanggil Presiden Joko Widodo adalah Mayjen TNI Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K). Pria yang disebut-sebut calon kuat menteri kesehatan ini menuai kontroversi akibat terapi cuci otak dengan alat Digital Substraction Angiography (DSA).
Kepada detikcom, dr Terawan mengatakan terapi tersebut awalnya hanya untuk meningkatkan keselamatan pasien saat tindakan. Namun dengan mengembangkan teknik, penggunaan alat DSA bisa untuk terapi beberapa kondisi.
“DSA sebenarnya adalah alat diagnostik yang bisa untuk terapi apa saja. Kalau ada yang pecah bisa ditambal melalui teknik DSA. Kalau itu tumor bisa dihantarkan obat kemo ke tumornya. Kalau dia harus disumbat bisa dihantarkan melalui alat DSA ini ke tempat tumor itu perlu disumbat dan lain sebagainya,” jelas dr Terawan.
“Kalau untuk nambal pembuluh darah di otak yang pecah juga bisa dilakukan. Jadi teknik-teknik itu dikembangkan dari DSA diagnostik,” kata dr Terawan ditemui di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Terkait penamaan, dr Terawan tidak mempermasalahkan terapi ini disebut cuci otak. Terapi DSA bisa diperoleh dengan harga berkisar 23 juta hingga 25 juta Rupiah. Beberapa nama besar yang sempat menerima DSA adalah Aburizal Bakrie, Prabowo, dan Dahlan Iskan. Terapi ini juga pernah diterapkan pada seribu orang Vietnam.
Terapi ini menuai kontroversi karena dinilai belum melewati uji klinis, sehingga keamanannya belum teruji secara ilmiah. Secara etis, terapi baru yang masih dalam tahap ini belum boleh diterapkan pada pasien.
sumber : detik.com
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.