Tagged: bahan baku obat, industri farmasi, kemandirian bahan baku obat, kementrian perindustrian, Obat
- This topic has 0 replies, 1 voice, and was last updated 8 years, 2 months ago by Hafshah.
-
AuthorPosts
-
August 29, 2016 at 4:02 pm #3783
Hai, Farmasetikers!
Upaya mewujudkan kemandirian bahan baku obat yang mulai menjadi perhatian pemerintah masih mengalami kendala. Berikut dilansir dari liputan6.com, Senin (29/8/2016).
Tak Ada Anggaran, Pemerintah Sulit Bangun Pabrik Bahan Baku Obat
Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan tengah mencari sumber pendanaan untuk membangun pabrik dan pengembangan bahan baku obat di Indonesia. Pasalnya, tak ada pagu anggaran bagi proyek pengembangan industri farmasi Tanah Air ini di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan pemerintah bertugas mengamankan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
“Jadi kita ingin bisa produksi bahan baku obat, seperti paracetamol, vaksin, antibiotik, termasuk obat kanker,” ujar Sigit saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Sayangnya pengembangan industri farmasi Tanah Air terganjal masalah pendanaan. Menurut Sigit, tak ada alokasi anggaran untuk investasi pabrik bahan baku obat yang ditaksir mencapai Rp 200 miliar, baik di Kemenperin, Kementerian Kesehatan maupun Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Kebutuhan anggaran untuk (produksi) obat kanker termasuk ada paracetamol dan lainnya, sebesar Rp 200 miliar. Tapi tidak ada anggarannya di Kemenperin, Kemenkes dan Kementerian BUMN, padahal dalam roadmap harus ada anggarannya tahun ini,” jelasnya.
Saat ini, ia bilang, Kemenperin masih mencari pendanaan untuk kebutuhan vital ini supaya Indonesia bisa mengurangi ketergantungan 90 persen impor bahan baku obat.
“Sekarang ini lagi cari anggarannya, apalagi anggaran dipotong semua. Sudah ada inisiasi produksi bahan baku paracetamol dengan PT Kimia Farma Tbk dan Universitas Gadjah Mada (UGM),” kata Sigit.
Pemerintah, sambungnya, tengah berupaya mendorong investasi bahan baku obat di dalam negeri. Pemerintah telah membuka pintu bagi asing untuk masuk berinvestasi di sektor farmasi, seperti membangun pabrik bahan baku obat.
“Insentif juga sedang dibahas supaya lebih cepat, juga untuk kelancaran bahan baku impor agar tidak terhalang apakah relaksasi bea masuk atau lainnya,” papar Sigit.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menambakan, pihaknya mendorong pengembangan industri farmasi di Tanah Air guna menuju kemandirian farmasi.
“Kita sudah buka asing untuk investasi bahan baku kimia dan farmasi. Kita harus mengembangkan industri farmasi join dengan asing, kalau tidak kita tidak punya apa-apa,” terang dia.
Selain itu, tribunnews.com Senin (29/8/2016) juga melaporkan bahwa terdapat peningkatan pertumbuhan produksi mikro dan kecil jenis bahan kimia dan barang dari bahan kimia, namun industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional mengalami penurunan.
Industri Bahan Kimia di Jabar Meningkat
BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID – Pertumbuhan produksi industri mikro kecil pada triwulan II tahun 2016 naik sebesar 9,93 % (q-to-q) dari triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan produksi di triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh melambat sebesar 2,90 %.
“Pertumbuhan £roduksi industri mikro dan kecil dari tahun ke tahun Triwulan II (year on-year) tumbuh sebesar 2,33 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Bachdi Ruswana, di Kantor BPS Jabar, Senin (29/8/2016).
Menurutnya, jenis industri mikro dan kecil yang mengalami kenaikan tertinggi pada triwulan II tahun 2016 adalah industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia naik sebesar 17,70 %. Untuk jenis Industri mikro dan kecil yang mengalami penurunan terbesar adalah industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional turun sebesar 11,24 %.
Pertumbuhan produksi industri mikro kecil secara Nasional triwulan II tahun 2016 naik sebesar 5,74 % (q-to-q) dari triwulan I tahun 2016. Pertumbuhan produksi secara nasional pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,76 %.
Sumber: http://jabar.tribunnews.com/2016/08/29/industri-bahan-kimia-di-jabar-meningkat
Meskipun begitu, hal-hal terkait bahan baku obat ini juga menjadi kajian yang dibahas oleh Kementian Perindustrian sebagai upaya dalam mewujudkan 3 target dalam mengembangkan industri farmasi di Indonesia.
3 Target Kemenperin Kembangkan Industri Farmasi
JAKARTA – Guna menjalankan Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan untuk mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan tiga kajiaan untuk bisa segera diselesaikan.
“Pertama, bagaimana mensubsitusi bahan impor, kedua menentukan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan ketiga, pengembangan industri alat kesehatan. Ini target kita,” ujar Direktur Jenderal Industri, Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).
Sigit menambahkan, dengan kajian tersebut diharapkan hambatan yang terdapat pada industri farmasi dan alat kesehatan bisa dihilangkan. Misalnya, bahan baku farmasi itu masih 90 persen impor. Jadi, dalam kajian dibahas menganai insentif apa yang akan diberikan, seperti pembahasan bea masuk atau lainnya.
“Kita mulai sekarang kira-kira bahan baku apa yang perlu kita kembangkan Kita identifikasi bagaimana kita mengamankan program BPJS untuk kalangan menengah ke bawah kebanyakan paracetamol, nah kita akan bekerja di sana,” ujarnya.
Meski demikian, saat ini masih dilakukan pembahasan antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian Perindustrian di bawah pimpinan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.